Suatu Hari Pada Selembar Note


Tergelitik menulis tentang tassawuf. Sejak Maret tahun ini, yang berarti sudah tujuh bulan berguru ilmu tassawuf pada seorang mursyid, terasa sekali hidup ini « move on » ke arah yang lebih baik, yaitu mendekat kepada Allah.

Jadi dalam tassawuf ini kita diajarkan dalam tahap awal untuk senantiasa berbaik sangka atau berhusnuzon terhadap apapun. Terhadap peristiwa yang terjadi keseharian kita, terhadap orang-orang yang berinteraksi dengan kita, dan tentunya berhusnuzon kepada Allah.

Setelah dilatih seperti itu, beliau mengarahkan agar saya membaca terjemah Al-Qur’an mulai dari juz 1. Tentunya sambil tidak melupakan prinsip husnuzon tadi. Bacanya pelan pelaaan sekali, sambil diresapi maknanya, tidak Cuma memahami terjemahannya saja. Kalau ada yang kurang mengerti silahkan didiskusikan dengan beliau.

Lalu, apa yang saya rasakan? Yang saya rasakan sejujurnya hidup terasa lebih ringaaaaan…masalah sih tetap aada yah, tapi cara kita memandangnya menjadi totally berbeda! Berbeda gimana sih? Yah beda aja, tadinya kita fokus pada kesulitan, sekarang fokus pada solusi.

 “Ya udah sih, emang dia gitu trus mau gimana? penting banget diomongin terus?, atau kita cari cara treat nya yang tepat gimana? jadi tidak perlu mengutuki terus seseorang….. atau…

”Ya iya sih, ga mungkin untuk melakukan itu sekarang, jadi agar bermanfaat dgn segala keterbatasan ini, gimana?” jadi tidak perlu juga terus mengutuki keadaan….dapet kan kira-kira? J

HUSNUZON….dalam dalil dan nilai islam Allah memerintahkan untuk sesalu husnuzon, sudah tahu teorinya dari dulu, baru benar-benar konsisten di usia setua ini, baru mulai mengenali ketika pikiran buruk mulai menggerayangi kepala, baru mulai mengenali ketika emosi negatif mulai menjalar, mulai mengenali hembusan nafas tidak beraturan karena kesal, mulai mengamati tubuh yang melunglai karena sedih, pesimis, putus asa. Dan segera menggantinya dengan something better! HUSNUZON. Sungguh bukan prinsip yang bisa disepelekan. Kata gantinya adalah MARVELOUS!
Pernah ketika kuliah dulu membaca Celestine Prophecy karangan  James Redfield ketika mengatakan..bahwa vibrasi positif akan menyerap seluruh vibrasi positif di sekitarnya, dan mengalahkan vibrasi negative di sekelilingnya, jadi orang yang positif akan membuat universe menjadi positif dan akan membantunya dalam menjalankan tujuan-tujuan dalam hidupnya. Kira-kira begitu. Agaknya bang Redfield ini sependapat dengan para sufi, atau ahli tassawuf..


 
Mengenai pikiran positif kita yang akan membuat universe (tentunya dengan keridhoan Allah SWT) membantu kita mencapai tujuan, saya akan sedikit share tentang pengalaman saya kemarin mengurus Jamsostek. Saya harus datang ke beberapa tempat dalam sehari, ke kantor BPJS cabang, terus ke pusat kabupaten, ke kantor polisi, ups bensin habis, mampir dulu ke SPBU, urusan polisi selesai, perut kok ya keroncongan, mampir pun ke drive thru. Lantaran hati ini galau rupanya, akibat data yang keliru di kantor BPJS barusan, pasangan hidup yang mulai marah karena berita dari saya simpang siur, dan tubuh yang lelah wara wiri sedari pagi, melipirlah saya di bawah pohon , sambil mengunyah makan siang saya  berusaha merunut kembali adegan-adegan tadi di kepala, kemudian saya menulis note kecil tentang apa saja yang masih patut disyukuri di hari itu..

1.   Alhamdulillah pakai mobil, enak (pakai) AC

2.   Alhamdulillah ada uang laper tinggal beli

3.   Alhamdulillah dana jamsosteknya) masih ada, (jadi) gak sia-sia

4.   Alhamdulillah anak (di rumah) ada yang urus,( jadi) gak risau

5.   Alhamdulillah masih mau pada bantu (mempersilahkan) skipped antrian

6.   Alhamdulillah (jalanan) gak macet
 
7. Alhamdulillah badan sehat, (masih) bisa ngurusin (pencairan dana jamsostek)…
 
Dan masih banyak lagi yang tidak sanggup saya tuangkan semua…

Selanjutnya mungkin karena kekuatan husnuzon memberi energy lebih untuk tubuh, wajah menjadi lebih cerah, langkah semakin ringan dan terutama hati yang banyak bersyukur, maka vibrasi yang terpancar pun positif. Sampai lagi di kantor jamsostek data nominal yang selisih ternyata berhasil ditelusuri, meski tidak sesuai harapan, tapi sekali lagi… masih Alhamdulillah.. walhasil, ringan kita tersenyum pada CS officer yang agak jutek itu, dan dia pun bisa membalas senyuman. Keluar area parkiran, karena hati senang, juru parkir pun kecipratan rezeki, tip lebih plus sekotak es kelapa, senyum pun makin mengembang. Ooh, nikmatnya berkendara dengan hati senang, banyak mengalah dan mempersilahkan pengendara lain duluan, atau pejalan kaki menyeberang duluan. Memang sepele, hal-hal kecil, tapi dari hati yang bersyukur tidak hanya menebar kebahagiaan pada yang empunya hati, melainkan pada orang-orang di sekitarnya pun. Dan terutama, insya Allah, ridho Allah SWT..

Memang benar apa yg difirmankan Allah tentang nikmat yang semakin ditambah ketika kita bersyukur…

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (Qs. Ibrahim: 7)

 

Wawlahuallam bishowab..

Komentar